EDISI KEDUA
Tujuh Belas Jam
(Muhamad Bahroni : 2015)
Ketika aku berfikir
Tak sanggup untuk berjalan
Ketika aku berhayal
Tak sanggup untuk ku kejar
Ketika tekadpun mulai datang
Hayalan mimpi menghampiri
Tujuh belas jam lamanya
Ku duduk dekat jendela
Suara angin bergemuruh
Hingga tiba di penghujung
Kulanjutkan langkahku
Untuk hasil dari hayalku
Demi Langkah
(Est. 2015)
Kupikul sebuah kehidupan
Untuk ku bawa ke atas awan
Berjalan menuju harapan
Melangkah untuk kedepan
Langkah demi langkah
Letih menjadi lesu
Tetes demi tetes
Bagai deras air mengalir
Langkah demi langkah
Tertawa menjadi haru
Sangat indah bagai surga
Sangat sempurna sang pencipta
Besar Kecil
(Est. 2015)
Tak begitu indah jika di pandang
Bagai kayu dalam ruang
Sulit untuk di pegang
Bagai intan dalam kaca
Kecil tak berbuah
Besar itu indah
Mulutmu bagai darah
Ucapmu itu anugrah
Suara Dunia
(Est. 2015)
Sulit merindukan gelap
Sulit menghadirkan senyap
Hadir tertawa luas
Menghancurkan semua isi
Indah memainkan biola
Indah menatap bagiannya
Besar itu anugrah
Kecil itu tak indah
Suara angin itu kencang
Memusnahkan dunianya
Aku
(Est. 2015)
Aku tertawa
Sangat gembira
Aku tertawa
Sungguh ceria
Tubuhku mengenalnya
Raguku merindukannya
Hatiku merasakannya
Gelap menutupnya
Matahari seakan bersinar
Asap hitam menutupnya
Bara api bersinar terang
Cahaya hati tibalah terang
Melayang disaat datang
Bagai terbang ke atas awan
Aku dan Negriku
(Est. 2015)
Aku terlahir di tanahku
Keberhasilanku adalah mimpiku
Mengabdi bagian dari tugasku
Menjaga adalah hal terpenting dakam hidupku
Garuda di dadaku
Merah putih di hatiku
Berani saat melangkah
Kesucian dalam hati
Negriku bukan negrimu
Negrimu bukan negriku
Tekadku hanya satu
Mencintai
Tanah kelahiranku
Suara Kalbu
(Est. 2015)
Dalam ceritaku
Engkaulah cahaya untuk hitamku
Suara dalam kalbu
Itulah perjalananku
Air mengalir seolah kaki melangkah
Ungkapan cerita dalam cinta
Lantunan suara yang begitu indah
Indah cahaya di matamu
Dan Akankah sinarmu bersamaku
Sumber Kehidupan
(Est. 2015)
Hijau tanahku
Suci airku
Segar nafasku
Kerasnya batu
Engkau hancurkan perlahan habis
Engkau musnahkan suber kehidupanku
Engkau lenyapkan kami perlahan
Kau ciptakan kertas putih
Untuk datangnya malapetaka
Kata Hampa
(Est. 2015)
Manis buah bibirmu
Madu itu ungkapmu
Ambigu bukan dirimu
Yakinkan untuk meyakin
Langkahmu tak ternilai
Katamu begitu hampa
Memilih saat berjalan
Merasa saat bertanya
Entah Kapan
(Est. 2015)
Gerah sungguh geraku
Dalam sebuah perkumpulan
Bertanya untuk dekat
Kecil jawabnya
Entah kapan semua berakhir
Biar waktu yang menjawab
Bibir Merah
(Est. 2015)
Bibir memerah
Bagai delima dalam tangkai
Mata berbinar cerah
Beragam dalam karya
Beragam beribu makna
Tersenyum lalu tertawa
Itulah caramu menjadi gila
Tak Mewah
Hatiku merasakannya
Gelap menutupnya
Matahari seakan bersinar
Asap hitam menutupnya
Bara api bersinar terang
Cahaya hati tibalah terang
Melayang disaat datang
Bagai terbang ke atas awan
Aku dan Negriku
(Est. 2015)
Aku terlahir di tanahku
Keberhasilanku adalah mimpiku
Mengabdi bagian dari tugasku
Menjaga adalah hal terpenting dakam hidupku
Garuda di dadaku
Merah putih di hatiku
Berani saat melangkah
Kesucian dalam hati
Negriku bukan negrimu
Negrimu bukan negriku
Tekadku hanya satu
Mencintai
Tanah kelahiranku
Suara Kalbu
(Est. 2015)
Dalam ceritaku
Engkaulah cahaya untuk hitamku
Suara dalam kalbu
Itulah perjalananku
Air mengalir seolah kaki melangkah
Ungkapan cerita dalam cinta
Lantunan suara yang begitu indah
Indah cahaya di matamu
Dan Akankah sinarmu bersamaku
Sumber Kehidupan
(Est. 2015)
Hijau tanahku
Suci airku
Segar nafasku
Kerasnya batu
Engkau hancurkan perlahan habis
Engkau musnahkan suber kehidupanku
Engkau lenyapkan kami perlahan
Kau ciptakan kertas putih
Untuk datangnya malapetaka
Kata Hampa
(Est. 2015)
Manis buah bibirmu
Madu itu ungkapmu
Ambigu bukan dirimu
Yakinkan untuk meyakin
Langkahmu tak ternilai
Katamu begitu hampa
Memilih saat berjalan
Merasa saat bertanya
Entah Kapan
(Est. 2015)
Gerah sungguh geraku
Dalam sebuah perkumpulan
Bertanya untuk dekat
Kecil jawabnya
Entah kapan semua berakhir
Biar waktu yang menjawab
Bibir Merah
(Est. 2015)
Bibir memerah
Bagai delima dalam tangkai
Mata berbinar cerah
Beragam dalam karya
Beragam beribu makna
Tersenyum lalu tertawa
Itulah caramu menjadi gila
EDISI KE TIGA
Tak Mewah
(Est. 2015)
Sederhana tapi tak mewah
Tempat dimana menimba ilmu
Putih menjadi hitam
Tintamu merubahnya
Kadang suka
Lalu duka
Itulah cerita makna
Dalam dunia pendidikan
Akhiri Sudah
(Est. 2015)
Kuhentikan kesempurnaan jalan
Kuhentikan lika-liku
Jalan ini memang tak terarah
Akhiri sudah perjalan ini
Berjalan sejauh mungkin
Meninggalkan masa yang tersisa
Kurundukan kepala sejenak
Untuk hasil yang terbaik
Entah Kapan
(Est. 2015)
gerah sungguh gerahku
dalam sebuah perkumpulan
bertanya untuk dekat
kecil jawabnya
entah kapan hal ini berakhir
biar waktu yang menjawab
Apa Daya
(Est. 2015)
aku sadar
aku menyadari akan seniku
citaku tak seperti hayalku
anganku di ujung tanduk
seorang tinggi menjadi penguasa
belajar tiada tempat
adil memang tidak
apa daya seorang yang tak tahu apa
pikirku bergerak keras
untuk melangkah dalam setiap langkah
Orang Biasa
(Est. 2015)
aku bukan kamu
akupun bukan dia
dan aku bukan mereka
aku hanyalah seorang biasa yang tak punya apa
hanya aku bukan mereka
mudah baginya
susah untukku
mereka hanyalah orang pintar
pintar, memang hanya untuknya
kekurangan hanya padaku
kelebihan punya mereka
dan...
kesempurnaan hanya untuk Nya
Puncak Para Dewa
(Est. 2015)
merintih sedikit demi sedikit
melangkah dengan perlahan
seperti tak berkaki saat berjalan
seperti mengejar suatu harapan
naik turun kaki melangkah
milyaran pasir menutup langkah
mentari membuka matanya
nafas segar melihat samudra
kekuatan lemah seketika
memegang satu keyakinan
memaksakan sebuah diri
untuk kaki diatasnya
Nama Mu
(Est.2015)
Jiwaku selalu ada untuknya
Inginku memujanya
Hariku buta tanpanya
Awalan hidup penuh dengan juang
Namamu selalu ada di pikirku
Anugrah tuhan untuk semua hariku
Malaikat engkaulah seorang
Anginpun memanjakan malamku
Lalu hariku untuknya
Indah saat bibirmu kau lebarkan
Aku tertawa dalam hati kian berseri
Hadirmu sungguh mengandung arti dalam hidupku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar